0
hedisasrawan.blogspot.com/2012/06/kita-tidak-bisa-berkata-bahwa-diri-kita.html
Posted by Unknown
on
05.43
Kita Tidak Bisa Berkata Bahwa Diri Kita yang Terbaik. Mengapa?
Banyak dari kita yang pernah memenangkan suatu perlombaan dan saat itu, kita merasa sangat percaya diri mengatakan bahwa kitalah yang terbaik. Padahal belum tentu. Kita memang pernah menjadi yang terbaik, tapi apakah kita akan selalu menjadi yang terbaik? Dunia ini terus berkembang dan roda selalu berputar. Apakah kita akan selamanya berada di atas? nah, kali ini saya akan bercerita sedikit yang menyangkut judul artikel di atas. langsung saja kita simak selengkapnya…..
Ia lupa dengan kewajibannya sehari-hari. Biasanya ia belajar tepat waktu dan selalu membantu orang tuanya. Waktu ibunya menyuruh ia belajar, ia membantah. “Nanti saja”, katanya dengan keras.
Ia terpengaruh oleh temannya sehingga sering bermain sampai tengah malam. Ia sampai lupa dengan pelajarannya esok di sekolah. Ia bangun kesiangan. Ia cepat-cepat datang kesekolah. Di tengah jalan ia bertemu dengan Bu Guru, tapi tidak memberi salam, sampai di sekolah Bu Guru menegurnya.
Pelajaran pertama sudah mulai. Andi tidak mencatat pelajaran yang diberikan oleh Pak Guru, karena ia mengantuk akibat main sampai larut malam. Ketika ada ulangan harian yang soalnya dikeluarkan dari catatan tadi, Andi kebingungan. Akhirnya ia bertanya kepada temannya, tetapi temannya itu tidak memberitahu. Semua temannya sudah selesai mengerjakan ulangan. Hanya Andi yang belum selesai. Pak Gurupun menyuruh Andi mengumpulkan pekerjaannya, karena waktunya sudah habis.
Ketika Pak Guru mengumumkan hasil ulangan, ternyata Andi mendapat nilai nol. Pak Guru pun memarahi Andi.
“Kamu kan juara kelas! Mengapa nilai ulanganmu hancur?” tanya Pak Guru.
“Pasti kamu tidak pernah belajar, mestinya kamu pertahankan prestasimu”, kata Pak Guru menasehati.
Andi hanya menunduk dan mukanya kelihatan merah.
Nasehat Pak Guru dan Bu Guru tidak pernah digubris oleh Andi. Malah kelakuannya menjadi-jadi. Kebiasaan main dan nonton TV sampai larut malam terus saja dilakukan. Ulangan umum pun tiba. Andi pun seperti biasa tidak belajar, karena menganggap dirinya itu siswa yang terpintar di kelasnya. Namun semua temannya sibuk belajar. Keesokan harinya ulangan umum dimulai. Andi kelihatan gelisah, karena ia tidak belajar. Belum satupun ia dapat mengerjakan soal ulangan itu. Ia mau menyontek kepada temannya, tetapi temannya tidak memberi karena ia harus bekerja sendiri dan takut kalau diketahui oleh pengawas.
Ketika kenaikan kelas semua teman-teman Andi gembira., namun hanya Andi yang kelihatan sedih. Andi tidak naik ke kelas VI. Andi sangat menyesal. Namun penyesalan itu tidak berguna. Andi harus mengulang lagi. Ketika Andi sadar akan kesalahan dirinya tetapi segalanya telah terlambat.
Andi berjanji akan belajar dengan rajin. Ia tidak akan bermain dan nonton TV sampai larut. Ia akan patuh terhadap nasehat orang tua maupun guru-guru di sekolah. Akhirnya sikap Adi berubah menjadi Andi yang rajin, sopan, pintar, dan disenangi oleh teman-temannya.
Nah, ada banyak pelajaran yang kita dapat dari cerita itu. Salah satunya yaitu jangan pernah mengganggap bahwa diri kita adalah yang terbaik. Terus berjuang. Jika berhasil, pertahankan!Tetap Semangat! | Artikel Motivasi
Cerita ini saya ambil dari cerpen berjudul ‘Malas’ yang dibuat oleh saudara saya, Ni Made Gita Sri Windasari. Cerpen ini menjadi salah satu dari 10 pemenang cerpen anak-anak se-Bali pada tahun 2005. Dengan sedikit perubahan tentunya supaya sesuai dengan judul yang kita bahas.Semua bagian cerita hanyalah fiksi belaka.
Ada seorang murid yang sangat malas, ia bernama Andi. Di sekolah ia sering bertengkar dengan temannya, sehingga dia dijauhi teman-temannya. Setiap masuk sekolah ia selalu terlambat. Dan ia sering dimarahi oleh Bu Guru. Dulu ia sangat pandai hingga mendapatkan juara kelas. Nilai rapotnya yang bagus itu dipamerkan kepada teman-temannya. Ia sangat senang. Kesenangannya itu sudah melewati batas. Ia merasa dirinya itu siswa yang terpintar di kelasnya. Karena itu dia menjadi malas belajar. Ia hanya terus bermain dengan temannya.Ia lupa dengan kewajibannya sehari-hari. Biasanya ia belajar tepat waktu dan selalu membantu orang tuanya. Waktu ibunya menyuruh ia belajar, ia membantah. “Nanti saja”, katanya dengan keras.
Ia terpengaruh oleh temannya sehingga sering bermain sampai tengah malam. Ia sampai lupa dengan pelajarannya esok di sekolah. Ia bangun kesiangan. Ia cepat-cepat datang kesekolah. Di tengah jalan ia bertemu dengan Bu Guru, tapi tidak memberi salam, sampai di sekolah Bu Guru menegurnya.
Pelajaran pertama sudah mulai. Andi tidak mencatat pelajaran yang diberikan oleh Pak Guru, karena ia mengantuk akibat main sampai larut malam. Ketika ada ulangan harian yang soalnya dikeluarkan dari catatan tadi, Andi kebingungan. Akhirnya ia bertanya kepada temannya, tetapi temannya itu tidak memberitahu. Semua temannya sudah selesai mengerjakan ulangan. Hanya Andi yang belum selesai. Pak Gurupun menyuruh Andi mengumpulkan pekerjaannya, karena waktunya sudah habis.
Ketika Pak Guru mengumumkan hasil ulangan, ternyata Andi mendapat nilai nol. Pak Guru pun memarahi Andi.
“Kamu kan juara kelas! Mengapa nilai ulanganmu hancur?” tanya Pak Guru.
“Pasti kamu tidak pernah belajar, mestinya kamu pertahankan prestasimu”, kata Pak Guru menasehati.
Andi hanya menunduk dan mukanya kelihatan merah.
Nasehat Pak Guru dan Bu Guru tidak pernah digubris oleh Andi. Malah kelakuannya menjadi-jadi. Kebiasaan main dan nonton TV sampai larut malam terus saja dilakukan. Ulangan umum pun tiba. Andi pun seperti biasa tidak belajar, karena menganggap dirinya itu siswa yang terpintar di kelasnya. Namun semua temannya sibuk belajar. Keesokan harinya ulangan umum dimulai. Andi kelihatan gelisah, karena ia tidak belajar. Belum satupun ia dapat mengerjakan soal ulangan itu. Ia mau menyontek kepada temannya, tetapi temannya tidak memberi karena ia harus bekerja sendiri dan takut kalau diketahui oleh pengawas.
Ketika kenaikan kelas semua teman-teman Andi gembira., namun hanya Andi yang kelihatan sedih. Andi tidak naik ke kelas VI. Andi sangat menyesal. Namun penyesalan itu tidak berguna. Andi harus mengulang lagi. Ketika Andi sadar akan kesalahan dirinya tetapi segalanya telah terlambat.
Andi berjanji akan belajar dengan rajin. Ia tidak akan bermain dan nonton TV sampai larut. Ia akan patuh terhadap nasehat orang tua maupun guru-guru di sekolah. Akhirnya sikap Adi berubah menjadi Andi yang rajin, sopan, pintar, dan disenangi oleh teman-temannya.
Nah, ada banyak pelajaran yang kita dapat dari cerita itu. Salah satunya yaitu jangan pernah mengganggap bahwa diri kita adalah yang terbaik. Terus berjuang. Jika berhasil, pertahankan!Tetap Semangat! | Artikel Motivasi
Posting Komentar